Buletin Agrohorti https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron <p align="through"><strong><img src="/public/site/images/adminbulagron/Cover_aja_tanpa_edisi_page-00012.jpg" width="194" height="275"></strong></p> <p align="justify"><strong>Buletin Agrohorti</strong> is a scientific publication established in 2013, published by the <strong>Indonesian Society of Agronomy</strong> (Perhimpunan Agronomi Indonesia), <strong>Indonesian Society for Horticulture</strong> (Perhimpunan Hortikultura Indonesia) and the <strong>Department of Agronomy and Horticulture</strong>, <strong>IPB University</strong>.</p> <p align="justify">Buletin Agrohorti is a non-accredited national journal, containing original writings related to the fields of agronomy and horticulture in a broad sense including crop production, genetics and plant breeding, plant ecology and physiology, plant biotechnology, and seed science and technology, both in the form of research results, policy analysis, and reviews, in Indonesian and English. Published online in <strong>January</strong>, <strong>May</strong>, and <strong>September</strong>, one issue contains 16 articles.</p> <p align="justify">Buletin Agrohorti is printed on a limited basis and can be obtained by contacting the managing editor via email: <a href="mailto:buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id">buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id</a></p> <p>P-ISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1344846365">2337-3407</a> | E-ISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1486012144">2614-3194</a></p> en-US buletinagrohorti@gmail.com (Juang Gema Kartika) buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id (Nabilah Elok Widinanti) Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 OJS 3.1.2.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Pengembangan Metode Uji Tetrazolium dengan Sensor Infra red sebagai Uji Viabilitas pada Benih Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54759 <p>Pengujian viabilitas benih menggunakan uji tetrazolium merupakan salah satu metode penentuan viabilitas benih dengan mengevaluasi tingkat warna merah yang terbentuk pada benih. Warna merah terbentuk dari aktivitas enzim dehidrogenase pada siklus <em>trichloroacetic acid</em>. Penentuan tingkat warna merah pada benih ini dapat menggunakan alat sensor<em> infra red</em>. Penelitian ini bertujuan menguji alat sensor <em>infra red</em> untuk menentukan intensitas warna secara kuantitatif dalam uji tetrazolium serta menentukan korelasi alat sensor <em>infra red</em> dengan pengujian benih secara fisiologis. Percobaan disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan faktor tunggal yaitu tingkat viabilitas benih berdasarkan daya berkecambah masing-masing adalah 78.9%, 70.7% dan 40.0 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi sensor intensitas <em>infra red</em> untuk uji tetrazolium pada benih kacang tanah menghasilkan&nbsp; nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.62 antara nilai RGB merah bagian dalam kotiledon (Rd) dengan kecambah&nbsp; normal.</p> <p>Kata kunci: daya berkecambah, enzim dehydrogenase, kotiledon, mutu fisiologis benih, RGB</p> Eny Widajati, Yohanda Ansella, Ade Muhamad Dahlan, Trisno Yuwono Putro, Ervin Masitadewi Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54759 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 Estimasi Jejak Karbon pada Budidaya Ubi kayu dari Berbagai Dosis Pupuk NPK dan Karbon Organik Tanah https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54453 <p>Ubi kayu atau singkong merupakan komoditas industri dan komponen penting pada ketahanan pangan di Indonesia, tetapi informasi jejak karbon dari kegiatan budidaya masih terbatas. Jejak karbon adalah salah satu pendekatan untuk memahami sumber emisi gas rumah kaca (GRK) yang berguna untuk mitigasi pemanasan global. Penelitian bertujuan melakukan asesmen jejak karbon budidaya ubi kayu pada berbagai taraf pupuk NPK dan karbon organik tanah (C-org). Penelitian dilakukan pada September 2022 hingga Mei 2023 di Kebun Percobaan IPB Jonggol. Data emisi diestimasi menggunakan skenario tier 1. Budidaya ubi kayu memiliki jejak karbon 2,511.2-10,641.4 kg CO<sub>2</sub>-eq ha<sup>-1</sup> tergantung dosis NPK dan C-org. Budidaya mengemisikan karbon rata-rata 6,455.5 kg CO<sub>2</sub>-eq ha<sup>-1</sup> dengan emisi langsung 4,532.3 kg CO<sub>2</sub>-eq ha<sup>-1</sup>dan tidak langsung sebesar 1,923.2 kg CO<sub>2</sub>-eq ha<sup>-1</sup>. Input NPK dan pupuk kandang menyumbang emisi langsung terbesar yakni berturut-turut 36.99% dan 54.96%. Pada waktu yang bersamaan, budidaya menskuestrasi karbon 27,445.1- 61,684.2 kg CO<sub>2</sub>-eq ha<sup>-1</sup> (rata-rata 51,032.4 kg CO<sub>2</sub>-eq ha<sup>-1</sup>) sehingga budidaya memiliki neraca karbon positif yang berarti mengurangi GRK, yakni sebesar 24,933.9-54,493.1 kg CO<sub>2</sub>-eq ha<sup>-1</sup> (rata-rata 44,577.0 kg CO<sub>2</sub>-eq ha<sup>-1</sup>). Berdasarkan regresi, tingkat C-org 4.8% dan dosis NPK (15-15-15) 440.7 kg ha<sup>-1 </sup>memberikan pengurangan (<em>offsets</em>) emisi GRK maksimum. Upaya mencapai budidaya ubi kayu rendah emisi diprioritaskan melalui pengurangan input pupuk misalnya dengan mengembalikan limbah biomasa budidaya.</p> <p>Kata kunci: emisi karbon, emisi GRK, ketahanan pangan, rendah emisi, singkong</p> Edi Santosa, Syaiful Anwar, Arief Hartono, Gatot Pramuhadi, Ridwan Diaguna, Sofyan Zaman, Herdhata Agusta Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54453 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 Aksi Gen Epistasis Duplikat pada Karakter Terkait Toleransi Naungan di Tanaman Tomat https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/56491 <p>Informasi tentang karakter seleksi dan pewarisan sifatnya sangat penting bagi program pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakter seleksi dan informasi pewarisan sifatnya terhadap cekaman naungan pada tanaman tomat. Populasi persilangan Biparental SSH3 x 4979 (tetua, F1, <em>backcross</em> dan F2) ditanam pada kondisi tanpa naungan (N0) dan kondisi cekaman naungan paranet 50% (N50) di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika – Institut Pertanian Bogor, Pasir Kuda, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa karakter kehijauan daun, <em>fruit set</em>, jumlah buah dan bobot buah per tanaman merupakan karakter seleksi toleran naungan pada tanaman tomat. Terdapat aksi gen dominan dan epistasis duplikat pada karakter-karakter tersebut baik pada kondisi normal maupun kondisi cekaman naungan kecuali karakter <em>fruit set</em> pada kondisi tanpa naungan. Dominansi pada karakter-karakter tersebut bersifat over dominan pada kondisi tanpa naungan, namun dominan parsial pada kondisi cekaman naungan. Ragam aditif lebih berperan dibandingkan ragam non aditif pada karakter kehijauan daun, <em>fruit set</em>, jumlah dan bobot buah per tanaman pada kondisi normal namun sebaliknya dimana ragam non aditif lebih berperan dibandingkan ragam aditif pada karakter-karakter tersebut saat kondisi cekaman naungan. Seleksi pada generasi awal seperti generasi F2 dapat efektif dilakukan pada karakter-karakter tersebut pada kondisi tanpa naungan, namun seleksi pada kondisi cekaman naungan terhadap karakter-karakter tersebut lebih baik dilakukan pada generasi lanjut.</p> <p>Kata kunci: agroforestri, berkelanjutan, tumpang sari, varietas unggul</p> Arya W Ritonga, Muhamad Syukur, Muhammad Achmad Chozin, Awang Maharijaya, Sobir Sobir Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/56491 Tue, 25 Jun 2024 09:50:56 +0700 Pewarisan Sifat Waxy Populasi F3 Sorgum Hasil Persilangan Pulut 3 x PI-150-20A https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54529 <p>Sorgum dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif&nbsp; beras padi, namun beras dari biji sorgum kurang disukai masyarakat. Karena itu diperlukan adanya perbaikan terhadap kualitas biji sorgum untuk memperoleh biji sorgum yang disukai oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan memperoleh pengetahuan tentang keragaman genetik dan seleksi pada karakter agronomi dan tipe <em>waxy</em> pada populasi F3 sorgum persilangan Pulut 3 x PI-150-20A. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2022 hingga November 2022 di Kebun BSIP Biogen, Cimanggu, Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi F3 memiliki nilai tengah yang cenderung lebih kecil daripada kedua tetuanya. Aksi gen yang muncul yaitu epistasis komplementer dan epistasis duplikat dengan jumlah gen yang terlibat banyak pada mayoritas karakter. Heritabilitas arti luas dan koefisien keragaman genetik termasuk tinggi. Pengamatan tipe sorgum berdasarkan kandungan amilosa. Hasil dari pewarnaan biji menunjukkan bahwa populasi F3 sorgum persilangan Pulut 3 x PI-150-20A mayoritas bertipe <em>waxy</em> atau memiliki kandungan amilosa yang rendah.</p> <p>Kata kunci: beras, epistasis, gen, pewarnaan, segregasi</p> Rodhiyatan Mardhiyyah, Desta Wirnas, Trikoesoemaningtyas Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54529 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 Respons Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Frekuensi Penyiangan Gulma https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54369 <p>Kehadiran gulma pada tanaman budidaya kacang tanah dapat menekan pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas tanaman kacang tanah. Penggunaan varietas dan penyiangan gulma merupakan salah satu upaya dalam menekan pertumbuhan gulma pada areal lahan kacang tanah. Penelitian ini bertujuan mempelajari respons beberapa varietas kacang tanah terhadap frekuensi penyiangan gulma untuk membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial yang terdiri atas dua faktor yaitu varietas kacang tanah (Hypoma 1, Talam 1, dan Tasia 2) dan frekuensi penyiangan gulma (tanpa penyiangan, penyiangan 1 kali, dan penyiangan 2 kali). Hasil penelitian menunjukkan varietas tidak berpengaruh terhadap bobot kering total gulma, jumlah daun, jumlah polong hampa, bobot segar tanaman, dan produktivitas. Perlakuan frekuensi penyiangan berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan kering kacang tanah, jumlah polong, bobot kering polong, dan produktivitas. Perlakuan penyiangan 2 kali memberikan hasil pertumbuhan dan produktivitas secara signifikan yang berbeda nyata dengan frekuensi penyiangan lainnya dengan rata-rata produktivitas tertinggi 2.4 ton ha<sup>-1</sup>. Interaksi kedua faktor pada hasil tanaman kacang tanah berpengaruh nyata pada jumlah polong total dan jumlah polong isi. Kompetisi gulma yang semakin tinggi pada tanaman kacang tanah dapat menekan pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang tanah.</p> <p>Kata kunci: Hypoma 1, kompetisi, polong, produktivitas, Talam 1, Tasia 2</p> Farhan Abdillah Nafis, sofyan zaman, Adolf Pieter Lontoh Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54369 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 Peningkatan Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L.) Melalui Perlakuan Antar Periode Simpan https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/55449 <p>Salah satu faktor pembatas penyediaan benih kedelai bermutu adalah daya simpannya yang rendah. Perlakuan antar periode simpan diharapkan dapat menahan laju kemunduran benih dan meningkatkan daya simpan. Penelitian bertujuan mempelajari dan mendapatkan perlakuan antar periode simpan yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai, sehingga daya simpan benih dapat meningkat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyimpanan dan Pengujian Mutu Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB pada bulan Februari hingga Agustus 2023. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap split-plot. Kondisi suhu ruang simpan sebagai petak utama terdiri atas dua taraf yaitu (1) ruang simpan terbuka (28 ± 3 ℃) dan (2) ruang simpan terkendali (20 ± 2 ℃). Perlakuan antar periode simpan sebagai anak petak, terdiri atas lima taraf yaitu (1) kontrol, (2) kombinasi cuci dan jemur (3) jemur (4) pemanasan 50 oC, dan (5) fungisida. Hasil penelitian menunjukkan viabilitas benih hingga 6 bulan setelah perlakuan (BSP) tidak dipengaruhi oleh perbedaan suhu ruang simpan. Perlakuan fungisida mampu mengeradikasi cendawan Aspegillus niger dan A. Flavus dan mempertahankan daya berkecambah 82 pada 5 BSP dan 80% (6 BSP). Perlakuan jemur menjadi alternatif terbaik pengganti perlakuan fungisida, mampu mempertahankan daya berkecambah 81% (5 BSP) dan 74% (6 BSP), sementara daya berkecambah benih tanpa perlakuan telah turun menjadi 71% (5 BSP) dan 67% (6 BSP).</p> <p><br>Kata kunci: fungisida, invigorasi, kemunduran benih, penjemuran, viabilitas</p> Anita Rahmasari Rahman, Maryati Sari, Ridwan Diaguna Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/55449 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 Pertumbuhan Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada Perlakuan Irigasi Simulasi Kondisi Bulan Kering https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51536 <p>Ubi kayu atau singkong tumbuh di berbagai daerah dan jenis tanah. Produktivitas ubi kayu bervariasi antar daerah karena perbedaan varietas dan lingkungan. Curah hujan yang rendah pada kondisi bulan kering menyebabkan cekaman kekeringan pada pertumbuhan ubi kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons tiga varietas ubi kayu yang diberi irigasi sebagai simulasi pada kondisi bulan kering. Ubi kayu ditumbuhkan dalam media polibag dalam rumah kaca di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Bogor. Tiga varietas ubi kayu Mangu, Genjah Bayam, dan IR Jonggol ditanam dan disiram pada 98.1 mL per hari per polibag (setara curah hujan 60 mm per bulan) dan 130.8 mL per hari per polibag (setara curah hujan 80 mm per bulan). Tidak ada pengaruh interaksi varietas dan penyiraman tanaman terhadap variabel pertumbuhan ubi kayu. Variabel pertumbuhan ubi kayu berbeda antara varietas dan penyiraman tanaman. Pada umur 12 minggu setelah tanam (MST), tinggi tanaman Genjah Bayam lebih rendah dibandingkan varietas lainnya. Mangu memiliki jumlah lobus terbanyak pada 8 MST, bobot dari batang, tangkai daun, dan daun varietas Mangu paling tinggi. Penyiraman 130.8 mL per hari per polibag menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun menempel, diameter batang, tangkai daun, dan tinggi tanaman berdaun lebih tinggi daripada 98.1 mL per hari per polibag.</p> <p>Kata kunci: curah hujan rendah, interaksi, kekeringan, respons pertumbuhan, singkong</p> Siti Hardiani, Suwarto, Dhika Prita Hapsari Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51536 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 Pengembangan Metode Uji Cepat Vigor Benih Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) melalui Pemunculan Radikula menggunakan Pengolahan Citra Digital https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/56658 <p>Teknologi citra digital merupakan salah satu teknik identifikasi mutu benih dengan tingkat keakuratan yang tinggi dalam waktu yang singkat. Teknologi ini menggunakan data yang terdapat pada citra dua dimensi yang diperoleh. Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode uji cepat vigor benih kacang panjang (<em>Vigna sinensis </em>L.) melalui uji pemunculan radikula (<em>radicle emergence</em>) menggunakan pengolahan citra digital. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor yaitu lot benih dengan 18 lot benih yang terdiri dari 6 varietas. Benih dikecambahkan dengan metode <em>between paper </em>menggunakan germinator standar bersuhu 20 ± 2 <sup>o</sup>C. Pengamatan dimulai pada jam ke-38 hingga jam ke-54 dengan interval antar pengamatan yaitu 2 jam. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati jumlah benih yang memiliki empat kategori panjang radikula, yaitu ≥1 mm, ≥2 mm, ≥50% panjang benih, dan ≥ panjang benih. Data panjang radikula tersebut kemudian dianalisis korelasi dan regresi terhadap beberapa tolok ukur. Tolok ukur mutu fisiologis benih yang digunakan antara lain daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, dan berat kering kecambah normal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, panjang radikula pada kategori panjang radikula ≥1 mm dan ≥2 mm berkorelasi kuat dengan indeks vigor dan kecepatan tumbuh pada waktu pengecambahan mulai dari 42 jam, ≥50% panjang benih memiliki korelasi yang kuat dengan tolok ukur indeks vigor dan kecepatan tumbuh masing-masing pada waktu pengecambahan 52 jam dan 54 jam, serta pada kategori panjang radikula ≥ panjang benih hanya berkorelasi kuat dengan tolok ukur kecepatan tumbuh pada waktu pengecambahan 54 jam.</p> <p>Kata kunci: analisis korelasi, analisis regresi, mutu fisiologis benih, panjang radikula, periode pengecambahan</p> <p><br><br></p> Fiki Nur Jannah, Candra Budiman, Okti Syah Isyani Permatasari Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/56658 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) pada Berbagai Dosis Pupuk Majemuk NPK+Mg (8-9-39+3) https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/56677 <p>Jagung manis adalah komoditas sayuran yang banyak dikonsumsi di masyarakat Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari respons pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis terhadap perbedaan dosis pupuk majemuk NPK+Mg (8-9-39+3). Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Sabisa Sindangbarang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Percobaan ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan faktor tunggal yaitu dosis pemberian pupuk. Perlakuan disusun dalam 6 taraf aplikasi yaitu: (1)&nbsp; tanpa pemberian pupuk yang diuji (kontrol), (2) pupuk NPK standar sebagai pembanding (NPK standar), (3) 0.5 dosis pupuk uji (0.5 NPK), (4) 0.75 dosis pupuk uji (0.75 NPK), (5) 1.0 dosis pupuk uji (1.0 NPK), (6) 1.5 dosis pupuk uji (1.5 NPK). Dosis pupuk NPK standar yaitu 300 kg urea, 200 kg SP36, dan 200 kg KCl hektar<sup>-1</sup> dan dosis 1.0 NPK yaitu&nbsp; 245 kg urea, 123 kg SP36, dan 80 kg KCl. &nbsp;Percobaan dilakukan dengan empat ulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi 0.75 dan 1.50 dosis pupuk NPK+Mg (8-9-39+3) &nbsp;secara umum menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot tongkol berkelobot, produksi serta produktivitas yang secara statistik lebih tinggi terhadap perlakuan kontrol. Taraf aplikasi pupuk NPK+Mg 0.75–1.50 dosis memiliki nilai <em>Relative Agronomic Effectiveness</em> yang memenuhi persyaratan lulus uji efektivitas pupuk, dengan nilai <em>Relative Agronomic Effectiveness</em> tertinggi didapatkan pada pengaplikasian 0.75 dan 1.50 dosis pupuk NPK+Mg (8-9-39+3) sebesar 139.81 %.</p> <p>Kata kunci: efektivitas pupuk, magnesium, produktivitas, pupuk NPK</p> Anggi Nindita, Latif Hidayatul Ikhsan, Suwarto Suwarto Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/56677 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700 Pengaruh Pemberian Amelioran dan Aktinobakteri terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L. (Merr)) dengan Budidaya Jenuh Air pada Lahan Pasang Surut https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54531 <p>Kedelai adalah komoditas utama untuk pangan nasional, dengan lebih dari 70% kebutuhan dipenuhi melalui impor. Hal ini disebabkan rendahnya produksi nasional akibat sentralisasi produksi di lahan sawah, sementara permintaan terus meningkat tiap tahun. Pemanfaatan lahan rawa pasang surut merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan produksi kedelai, akan tetapi lahan rawa pasang surut memiliki pH rendah serta kandungan Fe dan Al yang cukup tinggi. Aplikasi amelioran dan aktinobakteri mampu memperbaiki sifat kimia tanah, sehingga mampu meningkatkan produktivitas kedelai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik budidaya jenuh air, dan pemberian amelioran berupa kapur, pupuk kandang, abu sekam, serta aplikasi aktinobakteri terhadap pertumbuhan dan produktivitas kedelai varietas Tanggamus pada lahan pasang surut. Penelitian ini dilaksanakan pada tipe lahan pasang surut B di Desa Karya Bakti, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi pada bulan April sampai Agustus 2022. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terpisah (<em>split-plot</em>) dengan faktor utama adalah amelioran (kontrol, 0.5 ton ha<sup>-1 </sup>kapur, kombinasi antara 0.5 ton ha<sup>-1 </sup>kapur + 0.5 ton ha<sup>-1 </sup>pupuk kandang, dan kombinasi lengkap 0.5 ton ha<sup>-1 </sup>kapur + 0.5 ton ha<sup>-1 </sup>pupuk kandang + 0.25 ton ha<sup>-1 </sup>abu sekam), dan aktinobakteri sebagai anak petak (tanpa aktinobakteri, dan dengan penambahan aktinobakteri). Hasil penelitian menunjukkan pemberian amelioran dengan kombinasi kapur + pupuk kandang + abu sekam memberikan produktivitas lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu mencapai 2.43 ton ha<sup>-1</sup>. Pemberian aktinobakteri belum mampu meningkatkan produktivitas kedelai.</p> <p>Kata kunci: aktinobakteri, amelioran, budidaya jenuh air, pasang surut, produktivitas</p> Riska Firotul Hidayah , Munif Ghulamahdi, Iskandar Lubis Copyright (c) 2024 Buletin Agrohorti https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://jurnalpenyuluhan.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54531 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0700